Kalau Saya Jadi Sutradara Sinetron Pelecehan Seksual Perawat


Kalau saja saya jadi seorang Sutradara Sinetron, kisah viral perawat yang melecehkan pasien di NH akan saya kemas sedemikian rupa, sehingga rekaman video tersebut terkesan lebih berkelas, seperti drama-drama Thriller Korea yang banyak diminati di negeri ini.

Tapi apa yang terjadi?

Video berdurasi 52 detik tersebut terkesan murahan, sementara sudah memviral dan banyak penggemarnya. Disaksikan oleh mungkin mencapai angka ratusan ribu pasang mata telah menyaksikan. Bahkan melibatkan menteri negara. Diperkirakan sudah menembus 5 benua. Karena rekan-rekan yang dari Jepang, Timur Tengah, Belanda sudah menyaksikan. Walaupun, masih sebatas orang Indonesia. Namun bisa jadi, ada tangan-tangan yang ‘gatal’ untuk menerjemahkannya.

Yang dipertaruhkan bukan hanya nama individu, pasien, oknum perawat, rumah sakit, profesi saja. Namun juga Bangsa Indonesia ini bisa rusak. Ini semua, gegara video singkat yang isi pesannya jika dilihat sekilas: menghakimi perawat yang diduga kuat melecehkan seorang pasien, yang notabene orang yang harus dilindungi serta mendapatkan perawatan.

Bukan hanya itu. Akibat video ini, muncul Pengamat, Ahli Hukum, Hakim, Adviser, Pakar Profesi, hingga orang bijak, yang semuanya bersifat dadakan.

Kalau saya jadi sutradara sinteron ini, saya akan bikin keluarga pasien mencak-mencak dan marah. Ada yang mau memukul perawat tersebut, tetapi ada juga fihak yang melerainya.

Bukan seperti dalam video tersebut, semua yang anggota keluarga hanya bengong mendengar pengakuan pasien, seolah-olah keluarga tidak merasa sakit hati sama sekali.

Kalau saya jadi sutradara, si Pasien akan saya suruh untuk tidak perlu ngomong terus, terutama saat menyebut nama bagian anggota tubuh yang dilecehkan oleh perawat. Sebagai orang Timur, pasien harus malu, mengobral auratnya di depan banyak orang. Pasien harus mengakui, yang masih dalam kondisi terpengaruh obat bius akan menyampaikan melihat sosok samar-samar……misalnya postur tubuh perawat. Tidak perlu menuduh langsung. Bukan seperti dalam video tersebut, pasien ngomong terus dan menuduh. Pasien juga mendominasi semua pembicaraan. Padahal kesaksian dia dalam kondisi terpengaruh obat bius, boleh jadi diragukan. Pasien terkesan memaksa perawat untuk mengaku.

Video tersebut, jadinya kayak sinetron hantu.

Kalau saya jadi Sutradara, perawat, sebagai sarjana professional, saya suruh harus berani memotong pembicaraan pasien. Perawat saya suruh minta saksi, siapa yang melihat bahwa dia melecehkan pasien. Perawat pria tersebut saya suruh bertanya kepada pasien, “Kalau anda melihat saya memegang dada anda, dan anda merasa sadar, mengapa anda tidak berteriak? Kenapa diam saja?” Di sini, perawat akan saya arahkan untuk membela dirinya. Sekalipun mungkin yang dia lakukan adalah ‘salah’ bahwa dia telah melecehkan pasiennya.

Tidak kayak di video tersebut, perawatnya mengaku, minta maaf, bersalam-salaman. Kayak Lebaran aja…….

Kalau saya jadi Sutradara, perawat-perawat lain yang berjumlah 3 orang di situ, satu orang posisinya sebagai Kepala, saya suruh menjadi penengah. Dia harus melapor kepada management sesuai SOP RS. Bahwa kasus ini harus diselesaikan sesuai aturan RS. Tidak boleh ada yang mengambil gambar, tidak ada video. Jika ada yang mengambil foto atau video, managamen RS akan ambil jalur hukum. Kepala Perawat harus jelaskan bahwa kalaupun nanti harus lewat jalur hukum, RS harus terlibat karena ini menyangkut nama baik RS.

Dalam video tersebut, 2 perawat sedang memegang pasien (padahal tidak perlu dipegang), dan satu lagi berdiri memegang file. Kayak sedang ada ujian mahasiswa saja…...

Kalau saya jadi Sutradara, semua pemain tidak boleh melihat kamera. Kalau lihat kamera, itu terkesan tidak professional, seolah-seolah mereka tahu sedang shooting. Dalam video tersebut, si Pasien melirik kamera. Di sini, pasien seolah tahu, segaja sedang direkam untuk sebuah video yang diviralkan.

Kalau saya jadi Sutradara, akan saya bikin scenario yang lebih besar.
Pasien saya beritahu lengkap apa yang harus dia lakukan dan kerjakan. Perawat juga saya beritahu harus bersikap bagaimana. Keluarga pasien saya suruh marah kepada manajemen, dan akan meminta pertanggungjawaban RS. Keluarga pasien kemudian minta ganti rugi pelecehan fisik serta kerugian moral sebesar 3 Milyar plus gratis ongkos operasi dan perawatan. Perawat yang tertuduh akan dibayar sesuai peran, sebesar 500 juta. Perawat yang lain sebagai peran pembantu juga saya bayar. Sesudah itu, perawat tertuduh sebagai pemeran utama, saya suruh menghilang. Semua pemain dapat bagian masing-masing. Persis kayak film Korea atau Hollywood lah!

Sinetron Tamat……..Penonton pulang puas.

Malang, 26 January 2018
SYAIFOEL HARDY
Iwansyah
Iwansyah Seorang Penulis Pemula Yang Mengasah Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Post a Comment for "Kalau Saya Jadi Sutradara Sinetron Pelecehan Seksual Perawat"